Senin, 24 Januari 2011

Burung-burung Kondor

Angin gunung turun merembes ke hutan
lalu bertiup diatas permukaan kali yang luas
dan akhirnya berumah didaun-daun tembakau
kemudian hatinya pilu
melihat jejak-jejak sedih para tani buruh
yang tepacak di atas tanah gembur
namun tidak memberi kemakmuran bagi penduduknya


para petani buruh bekerja
berumah di gubuk-gubuk tanpa jendela
menanam bibit di tanah yang subur
memanen hasil yang berlimpah dan makmur
namun hidup mereka sendiri sengsara
mereka memanen untuk tuan tanah yang mempunyai istana indah
keringat mereka menjelma menjadi emas
yang diambil oleh cukong-cukong pabrik cerutu eropa
dan bila mereka menuntut pemerataan pendapatan
para ahli ekonomi membetulkan letak dasi
dan menjawab dengan mengirimkan kondom

penderitaan mengalir dari parit-parit wajah mereka
dari pagi sampai sore, rakyat negeri bergerak lunglai mengapai-gapai
menoleh ke kiri, menoleh ke kanan
didalam usaha tak menentu

Dihari senja mereka menjadi onggokan sampah
dan di malam hari mereka terpelanting di lantai
dan sukmanya berubah menjadi burung kondor

beribu-ribu burung kondor
berjuta-juta burung kondor
bergerak menuju gunung yang tinggi
dan disana mendapat hiburan dari sepi
karena hanya sepi mampu menghisap dendam dan sakit hati

burung-burung kondor menjerit
dalam marah menjerit,
tersingkir ke tempat-tempat yang sepi

burung kondor menjerit
di batu-batu menjerit
bergema di tempat-tempat yang sepi
berjuta-juta bunrung kondor mencakar batu-batu
mematuki batu-batu
mematuki udara
dan di kota orang-orang bersiap menembaknya

<WS. Rendra>

Tidak ada komentar:

Posting Komentar