Senin, 24 Januari 2011

Sajak Seorang Tua Tentang Bandung Lautan Api

Bagaimana mungkin kita bernegara
bila tidak mampu mempertahankan wilayahnya ?
Bagaimana mungkin kita berbangsa
bila tidak mampu mempertahankan
Kepastian hidup bersama
Itulah sebabnya
Kami tidak ikhlas
Menyerahkan bandung kepada
Tentara inggris

Sajak Seorang Tua di bawah Pohon

inilah sajakku
seorang tua yang berdiri di bawah pohon meranggas
dengan kedua tangan kugendongt di belakang
dan rokok kretek yang padam di mulutku

Sajak Sebatang Lisong

menghisap sebatang lisong
melihat Indonesia Raya
mendengar 130 juta rakyat
dan di langit
dua tiga cukung mengangkang
berak di atas kepala mereka

Sajak Rajawali

sebuah sangkar besi
tidak bisa mengubah rajawali
menjadi seekor burung nuri

Sajak Pertemuan Mahasiswa

matahari terbit pagi ini
mencium bau kencing orok di kaki langit
melihat kali coklat menjalar ke lautan
dan mendengar dengung di dalam hutan

Sajak Orang Kepanasan

karena kami makan akar
dan terigu menumpuk di gudangmu .....
karena kami hidup berhimpitan
dan ruangmu berlebihan .....
maka kita bukan sekutu

SAJAK ANAK MUDA

Kita adalah angkatan gagap
yang diperanakkan oleh angkatan takabur.
Kita kurang pendidikan resmi
di dalam hal keadilan,
karena tidak diajarkan berpolitik,
dan tidak diajar dasar ilmu hukum
Kita melihat kabur pribadi orang,
karena tidak diajarkan kebatinan atau ilmu jiwa.

PAMPLET CINTA

Ma, nyamperin matahari dari satu sisi.
Memandang wajahmu dari segenap jurusan.

Aku menyaksikan zaman berjalan kalangkabutan.
Aku melihat waktu melaju melanda masyarakatku.
Aku merindukan wajahmu,
dan aku melihat wajah-wajah berdarah para mahasiswa.
Kampus telah diserbu mobil berlapis baja.
Kata-kata telah dilawan dengan senjata.
Aku muak dengan gaya keamanan semacam ini.
Kenapa keamanan justru menciptakan ketakutan dan ketegangan
Sumber keamanan seharusnya hukum dan akal sehat.
Keamanan yang berdasarkan senjata dan kekuasaan adalah penindasan

Nyai Dasimah

Nyai Dasimah,
yang lebat rambutnya, sudah lama tidak berjumpa,
kini kulihat, tetap saja kamu jelita.
Menggeleng-gelenkgan kepala dibawah lampu jalan,
kamu mengadu kepadaku,
ya ya ya ya
keadaan sudah berubah,
tentu saja,
pabrik-pabrik didirikan di desa,
orang desa menjual tanahnya
pergi ke kota menjadi gelandangan
ya ya ya ya
keadaan sudah berubah
bendungan yang didirikan ditumbuhi enceng gondok
pengairan malah berkurang
dan tenaga lsitrik hanya mampu dibeli oleh modal asing

Kesaksian

AKU MENDENGAR SUARA
JERIT HEWAN YANG TERLUKA
ADA ORANG MEMANAH REMBULAN
ADA ANAK BURUNG TERJATUH DARI SARANGNYA
ORANG-ORANG HARUS DIBANGUNKAN
KESAKSIAN HARUS DIBERIKAN
AGAR KEHIDUPAN BISA TERJAGA


Kembali

Delapan ratus kilo aku berlari
dan aku tetap melihat wajahmu terhina yang diingkari keadilan

aku berlari ke timur ke kota yang antik
delapan ratus kilo dari kamu
karena bimbang menempuh bimbang

Hutan Bogor

Badai turun di dalam hutan
Badai turun di dalam sajak-sajakku
Selalu sayang aku terkenang kepadamu

Hai, Kamu!

LUKA - LUKA DI DALAM LEMBAGA
INTAIAN KEANGKUHAN KEKERDILAN JIWA
NODA DI DALAM PERGAULAN ANTAR MANUSIA
DUDUK DI DALAM KEMACETAN ANGAN - ANGAN
AKU BERONTAK DENGAN MEMANDANG CAKRAWALA

GUGUR

Ia merangkak
di atas bumi yang dicintainya
Tiada kuasa lagi menegak
Telah ia lepaskan dengan gemilang
pelor terakhir dari bedilnya
Ke dada musuh yang merebut kotanya


GERILYA

Tubuh biru
tatapan mata biru
lelaki berguling di jalan

Angin tergantung
terkecap pahitnya tembakau
bendungan keluh dan bencana

DOA SEORANG SERDADU SEBELUM BERPERANG

Tuhanku,
WajahMu membayang di kota terbakar
dan firmanMu terguris di atas ribuan
kuburan yang dangkal

Doa Seorang Serdadu Sebelum Perang

Tuhan ku
wajah Mu membayang di kota terbakar
dan firman Mu terguris di atas ribuan
kuburan yang dangkal
anak menangis kehilangan bapak
tanah sepi kehilangan lelakinya
bukannya benih yang disebar di bumi subur ini
tapi bangkai dan wajah mati yang sia-sia
apabila malam turun nanti
sempurnalah sudah warna dosa
dan mesiu kembali lagi bicara

Doa Orang lapar

kelaparan adalah burung gagak
yang licik dan hitam
jutaan burung-burung gagak
bagai awan yang hitam

Burung-burung Kondor

Angin gunung turun merembes ke hutan
lalu bertiup diatas permukaan kali yang luas
dan akhirnya berumah didaun-daun tembakau
kemudian hatinya pilu
melihat jejak-jejak sedih para tani buruh
yang tepacak di atas tanah gembur
namun tidak memberi kemakmuran bagi penduduknya

AKU TULIS PAMPLET INI

Aku tulis pamplet ini
karena lembaga pendapat umum
ditutupi jaring labah-labah
Orang-orang bicara dalam kasak-kusuk,
dan ungkapan diri ditekan
menjadi peng - iya - an
Apa yang terpegang hari ini
bisa luput besok pagi
Ketidakpastian merajalela.
Di luar kekuasaan kehidupan menjadi teka-teki
menjadi marabahaya
menjadi isi kebon binatang
Apabila kritik hanya boleh lewat saluran resmi,
maka hidup akan menjadi sayur tanpa garam
Lembaga pendapat umum tidak mengandung pertanyaan.
Tidak mengandung perdebatan
Dan akhirnya menjadi monopoli kekuasaan


AKU KANGEN

Lunglai - ganas karena bahagia dan sedih,
indah dan gigih cinta kita di dunia yang fana.
Nyawamu dan nyawaku dijodohkan langit,
dan anak kita akan lahir di cakrawala.
Ada pun mata kita akan terus bertatapan hingga berabad-abad lamanya.

TANAH AIR MATA

Tanah airmata tanah tumpah dukaku
mata air airmata kami
airmata tanah air kami

di sinilah kami berdiri
menyanyikan airmata kami

JEMBATAN

Sedalam-dalam sajak takkan mampu menampung airmata
bangsa. Kata-kata telah lama terperangkap dalam basa-basi
dalam teduh pekewuh dalam isyarat dan kisah tanpa makna.
Maka aku pun pergi menatap pada wajah berjuta. Wajah orang
jalanan yangberdiri satu kaki dalam penuh sesak bis kota.
Wajah orang tergusur. Wajah yang ditilang malang. Wajah legam
para pemulung yang memungut remah-remah pembangunan.
Wajah yang hanya mampu menjadi sekedar penonton etalase
indah di berbagai palaza. Wajah yang diam-diam menjerit
mengucap
tanah air kita satu
bangsa kita satu
bahasa kita satu
bendera kita satu !

Tentang Mahasiswa Yang Mati 1996

Aku mencintainya sebab ia mati
ketika ikut rame-rame hari itu
aku tak mengenalnya, hanya dari koran
tidak begitu jelas memang
kenapa atau bagaimananya
tapi bukankah semuanya demikian juga
tetapi rasanya cukup alasan untuk mencintainya

Kubiarkan

Kubiarkan cahaya bintang memilikimu
kubiarkan angin yang pucat dan tak habis-habisnya gelisah
tiba-tiba menjelma isyarat, merebutmu
entah kapan kau bisa kutangkap

Hujan Jalak Dan Daun Jambu

hujan turun semalaman
paginya jalak berkicau dan daun jambu bersemi;
mereka tidak mengenal gurindam dan peribahasa,
tapi menghayati adat kita yang purba,
tahu kapan harus berbuat sesuatu
agar kita, manusia, merasa bahagia.
mereka tidak pernah bisa menguraikan hakikat kata-kata mutiara,
tapi tahu kapan harus berbuat sesuatu,
agar kita tidak sepenuhnya sia-sia...

<SAPARDI DJOKO DHAMONO>

Cahaya Bulan Tengah Malam

Aku terjaga di kursi ketika cahaya bulan jatuh
di wajahku dari genting kaca.

Ketika Jari-Jari Bunga Terbuka

Ketika jari-jari bunga terbuka
mendadak terasa: betapa sengit cinta kita
cahaya bagai kabut, kabut cahaya, dilangit
menyisih awan hari ini, di bumi
meriap sepi yang purba;
ketika kemarau terasa di bulu-bulu mata,
suatu pagi
disayap kupu-kupu, di sayap warna

Berjalan Kebarat Waktu Pagi Hari

Waktu aku berjalan ke barat
di waktu pagi matahari mengikutiku di belakang
Aku berjalan mengikuti
bayang-bayangku sendiri yang memanjang di depan

Hujan dalam Komposisi 1

Apakah yang kau tangkap dari suara hujan,
dari daun-daun bogenvile basah yang teratur mengetuk jendela?
Apakah yang kau tangkap dari bau tanah, dari ricik air yang turun di selokan?

Ia membayangkan hubungan gaib antara tanah dan hujan
membayangkan rahasia daun basah serta ketukan yang berulang

Kuhentikan Hujan

Kuhentikan Hujan, kini matahari merindukanku
mengangkat kabut pagi perlahan
ada yang berdenyut dalam diriku:menembus tanah basah,
dendam yang dihamilkan hujan dan cahaya matahari

Jarak

dan Adam turun di hutan-hutan
mengabur dalam dongengan
dan kita tiba-tiba di sini
tengadah ke langit kosong sepi


Pandanglah

Pandanglah yang masih sempat ada
Pandanglah aku sebelum kusurut dari suasana
Sebelum pohon-pohon di luar tinggal suara
Berpantun di dinding-dinding ruang

Kartu Pos Bergambar Jembatan "Golden Gate"

Kabut yang likat dan kabut yang pupur
lekat dan gerimis pada tiang-tiang jembatan
matahari menggeliat dan kembali gugur
tak ada lagi di langit! berpusing di pedih lautan


Pada suatu hari nanti

Pada suatu hari nanti
jasadku tak akan ada lagi
tapi dalam bait-bait sajak ini
kau takkan kurelakan sendiri

Ketika Kau tak Ada

ketika kau tak ada
masih tajam seru jam dinding itu
jendela tetap seperti matamu
napas langitpun dalam dan biru

di Restoran

kita berdua saja, duduk.
aku memesan ilalang panjang dan bunga rumput
kau entah memesan apa
aku memesan batu di tengah sungai terjal yang deras

Metamorfosis

Ada yang sedang menanggalkan pakaianmu satu demi satu
mendudukanmu didepan cermin dan membuatmu bertanya
"tubuh siapakah gerangan yang kukenakkan ini?"

Hutan itu

hutan itu gericik air dari bukit sana
bermuara di gelas dan cangkir kita
hutan itu sisa udara melintas cakrawala
lewat paru-paru dan pori-pori kita

Aku Ingin

Aku Ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu

Dalam Diriku

Dalam diriku mengalir sungai panjang
darah namanya...
Dalam diriku menggenang telaga darah
sukma namanya...
Dalam diriku beriak gelombang sukma
hidup namanya...
Dan karena hidup itu indah,
aku menangis sepuas-puasnya


Dalam Sakit

waktu lonceng berbunyi
percakapan merendah, kita kembali menanti-nanti
kau berbisik: siapa lagi akan tiba
siapa lagi menjemputmu berangkat berduka

Sajak-sajak empat seuntai

kukirimkan padamu beberapa patah kata yang sudah langka
jika suatu hari nanti mereka mencapaimu,
rahasiakan, sia-sia saja memahamiku

Pada suatu pagi hari

pada suatu pagi hari
dia ingin sekali menangis
sambil berjalan tunduk
sepanjang lorong itu

Akulah si Telaga

Akulah si telaga
berlayarlah di atasnya
berlayarlah meninggalkan riak-riak kecil
yang menggerakkan bunga-bunga bakau

Sehabis Suara Gemuruh Itu

sehabis suara gemuruh itu, yang tampak olehku
hanyalah tubuhmu telanjang dengan rambut terurai
mengapung di permukaan air bening yang mengalir tenang
tak kau sahut panggilanku


Narcissus

seperti juga aku: namamu siapa, bukan
pandangmu bening di permukaan telaga dan rindumu dalam
tapi jangan saja kita bercinta
jangan saja aku mencapaimu dan kau padaku menjelma
atau tunggu sampai angin melepaskan selembar daun
dan jatuh di telaga: panadangmu berpendar, bukan?
cemaskah aku kalau nanti air bening kembali?
cemaskah aku kalau gugur daun demi daun lagi?






Hujan Bulan Juni

tak ada yang lebih tabah
dari hujan bulan juni
dirahasiakannya rintik rindunya
kepada pohon berbunga itu

BURUH

Buruh adalah
Ketika sekolah adalah batu bata
Ketika manusia adalah mesin
Ketika negara adalah bisnis
Ketika pabrik adalah benteng negara
Ketika mesin adalah tuhan yang harus dilayani

Pinggiran

Ratusan manusia berseragam meniggalkan kampus
Ribuan penduduk termenung memikirkan nasibnya
Beberapa hari lagi akan ada bencana
Api dari dalam perut penduduk mulai memuntahkan bau anyir

PANTUN BURUH

Pergi kesungai memancing ikan
Dapat ikan Jumlahnya lima
Kalau hak kita tidak diterima
Mari mogok bersama-sama

Ada golong ada parang
dipakai penjahat untuk menodong
Kalau mogok di larang
Jangan perkosa hak kami, dong !


TANGISAN BURUH

Tatkala kau merasa darahmu mengering
Dan saraf - sarafmu tak lagi menerka rangsangan
Ketika semua persendianmu terasa kaku
Dan ototmu mengeras
Ketika hatimupun kau tak mampu lagi dengarkan
Dalam kebisingan suara mesin
Maka tanyalah pada temanmu
Dimanakah seharusnya mesin berada?


Wayang

di negeri alengka ada dasamuka
yang konon memiliki sepuluh muka
tapi di negeri ini
lebih hebat dari itu
ada seribu kesatria bermuka satu

SURABAYA

Jangan anggap mereka kalap
jika mereka terjang senjata sekutu lengkap
jangan dikira mereka nekat
karena mereka cuma berbekal semangat
melawan seteru yang hebat
Jangan sepelekan senjata di tangan mereka
atau lengan yang mirip kerangka
Tengoklah baja di dada mereka
Jangan remehkan sesobek kain di kepala
tengoklah merah putih yang berkibar
di hati mereka
dan dengar pekik mereka
Allahu Akbar !


PUTRA-PUTRA IBU PERTIWI

Bagai wanita yang tak ber-ka-be saja
Ibu pertiwi terus melahirkan putra-putranya
Pahlawan-pahlawan bangsa
Dan patriot-patriot negara
(Bunga-bunga
kalian mengenalnya
Atau hanya mencium semerbaknya)

NEGERIKU

mana ada negeri sesubur negeriku?
sawahnya tak hanya menumbuhkan padi, tebu, dan jagung
tapi juga pabrik, tempat rekreasi, dan gedung
perabot-perabot orang kaya didunia
dan burung-burung indah piaraan mereka
berasal dari hutanku
ikan-ikan pilihan yang mereka santap
bermula dari lautku
emas dan perak perhiasan mereka
digali dari tambangku
air bersih yang mereka minum
bersumber dari keringatku

DI TAMAN PAHLAWAN

Di taman pahlawan beberapa pahlawan sedang berbincang-
bincang tentang keberanian dan perjuangan.
Mereka bertanya-tanya apakah ada yang mewariskan semangat
perjuangan dan pembelaan kepada yang
ditinggalkan
Ataukah patriotisme dan keberanian di zaman pembangunan ini
sudah tinggal menjadi dongeng dan slogan ?
banyak sekali tokoh di situ yang diam-diam ikut mendengarkan
dengan perasan malu dan sungkan

Marriage


THEN Almitra spoke again and said, And what of Marriage, master?

And he answered saying:

You were born together, and together you
shall be forevermore.

You shall be together when the white
wings of death scatter your days.

Love


THEN said Almitra, Speak to us of Love.

And he raised his head and looked upon
the people, and there fell a stillness upon
them. And with a great voice he said:

When love beckons to you, follow him,
Though his ways are hard and steep.

Giving


THEN said a rich man, Speak to us of Giving.

And he answered:

You give but little when you give of your
possessions.

It is when you give of yourself that you
truly give.

Friendship


AND a youth said, Speak to us of Friendship.

And he answered, saying:

Your friend is your needs answered.

He is your field which you sow with love
and reap with thanksgiving.


And he is your board and your fireside.

For you come to him with your hunger,
and you seek him for peace.

When your friend speaks his mind you
fear not the "nay" in your own mind, nor
do you withhold the "ay."

And when he is silent your heart ceases
not to listen to his heart;

For without words, in friendship, all
thoughts, all desires, all expectations are born
and shared, with joy that is unacclaimed.

When you part from your friend, you
grieve not;

For that which you love most in him may
be clearer in his absence, as the mountain
to the climber is clearer from the plain.

And let there be no purpose in friend-
ship save the deepening of the spirit.

For love that seeks aught but the dis-
closure of its own mystery is not love but
a net cast forth: and only the unprofitable
is caught.

And let your best be for your friend.

If he must know the ebb of your tide,
let him know its flood also.

For what is your friend that you should
seek him with hours to kill?

Seek him always with hours to live.

For it is his to fill your need, but not
your emptiness.

And in the sweetness of friendship let
there be laughter, and sharing of pleasures.

For in the dew of little things the heart
finds its morning and is refreshed. 

------------------------------------------------------------------------
-excerpt from The Prophet, by Kahlil Gibran

Children


AND a woman who held a babe against her bosom said,
Speak to us of Children.

And he said:

Your children are not your children.


They are the sons and daughters of Life's
longing for itself.

They come through you but not from
you,
And though they are with you yet they
belong not to you.

You may give them your love but not
your thoughts,
For they have their own thoughts.

You may house their bodies but not
their souls,
For their souls dwell in the house of to-
morrow, which you cannot visit, not even
in your dreams.

You may strive to be like them, but seek
not to make them like you.

For life goes not backward nor tarries
with yesterday.

You are the bows from which your children
as living arrows are sent forth.

The archer sees the mark upon the path
of the infinite, and He bends you with His
might that His arrows may go swift and far.

Let your bending in the archer's hand
be for gladness;
For even as He loves the arrow that flies,
so He loves also the bow that is stable. 

--------------------------------------------------------------------------------
-excerpt from The Prophet, by Kahlil Gibran

Beauty


AND a poet said, Speak to us of Beauty.

And he answered:

Where shall you seek beauty, and how
shall you find her unless she herself be your
way and your guide?

Jiwa-jiwa Pemberontak

Bagi sang jiwa yang memeluk jiwaku,
bagi hati yang mencurahkan rahasia-rahasianya
pada hatiku,
dan bagi tangan yang menyalakan api emosiku,
aku persembahkan lembaran ini

Bangsa Kasihan

Kasihan bangsa yang mengenakan pakaian yang tidak ditenunnya,
memakan roti dari gandum yang tidak ia panen,
dan meminum anggur yang ia tidak memerasnya.

Kasihan bangsa yang menjadikan orang dungu sebagai pahlawan,
dan menganggap penindasan penjajah sebagai hadiah

Kasihan bangsa yang meremehkan nafsu dalam mimpi-mimpinya ketika tidur,
sementara menyerah padanya ketika bangun.

Tanpa Judul

Waktu adalah mesin hitung, cintaku
Jam berkeloneng dingin (seperti gaung)
di kota itu. Angka-angka telah lama tahu:
bayangku akan hilang sebelum salju
Sementara kau akan tetap jalan
(seperti kenyataan). Sampai pada giliran.

Kwatrin Tentang Sebuah Poci

Pada keramik tanpa nama itu
kulihat kembali wahjahmu
Mataku belum tolol, ternyata
untuk sesuatu yang tak ada

TENTANG SEORANG YANG TERBUNUH DI SEKITAR HARI PEMILIHAN UMUM

"Tuhan, berikanlah suara-Mu, kepadaku"

Seperti jadi senyap salak anjing ketika ronda menemukan mayatnya
di tepi pematang. Telungkup. Seperti mencari harum dan hangat padi.
Tapi bau sing itu dan dingin pipinya jadi aneh, di bawah bulan.
Dan kemudian mereka pun berdatangan - senter, suluh dan
kunang-kunang - tapi tak seorang pun mengenalnya. Ia bukan orang sini, hansip itu berkata.

TROTOAR BUAT MANUSIA

Aku melihatmu berdiri di tepi jalan raya
Tapi aku tahu sebenarnya engkau tak berdiri, engkau
adalah sehelai daun tua yang melayang-lauang
oleh hembusan angin besar
Engkau tercampak dari sudut ke sudut, dari parit
ke parit, dari kegalauan ke ketidakmenentuan
Caramu berdiri gamang, kerut merut wajahmu tak kuasa
menahan desakan-desakan jiwa tersembunyi, dan
sorot matamu memandang tak ke mana-mana selain
ke balik rahasia sajak dukamu sendiri

Tembok dan Gelombang

( 1 )
sekuat - kuat gelombang
harus lebih kuat tembok
karena puncak kekuasaan
adalah ideologi gembok

Tak Kunjung Datang

aku nantikan
kami rindukan
telinga yang mendengarkan
hati yang mengerti
di negeri ini
berpuluh tahun
terasa ngunngun
kami mencari dan bingung
pemimpin yang paham
dan melapangkan
tak kunjung datang
ataukah memang
tak dilahirkan oleh Tuhan

Selamatan

telah kuikhlaskan rasa sakit itu sebelum terjadi
ketika dan sesudahnya

telah kutaburkan di wajahmu wewangian kembang
dan kupanjatkan doa ampunan bagimu

tapi aku tak berhak mewakili hati rakyatmu
sebab tenaga untuk menegakkan kakiku sendiri ini
kupinjam dari mereka

Sajak Garuda

SELALU TERDENGAR OLEHKU SUARA,
DARI PARUH GARUDA ITU :

kalau kau hisap darah rakyatku,
akan kutagih darah itu

kalau kau ambil tanah mereka,
akan kusengsarakan hari tuamu

Rumah Cor Api

demi keadilan
hukum disingkirkan
demi kebenaran
pengabulan ganti rugi dibatalkan
demi ketenteraman
air ludah harus kembali ditelan


Puisi Kambing

kambing semacam itu pernah kau jumpaikah
yakni yang menyusu ke putingnya sendiri
sehingga tulang punggungnya patah
dan anak-anaknya haus roboh terkulai


NEGERI ANEH

aneh negerimu
sawah, ladang subur tanaman
sungai, laut penuh ikan
hutan, gunung penuh pohon
mengapa rakyat masih lapar
dan senang kerja di negeri orang

Menembus Jantungmu Sendiri

"KAMU DIRACUNI OLEH OKNUM TERTENTU
NAMANYA TAWAR MENAWAR YANG TIDAK SEPADAN
KAMU DIHASUT
HATIMU DIBAKAR OLEH TAMU ASING
YANG DATANG DENGAN TOPI BAJA KEKUASAAN
KAMU DITUNGGANGI OLEH PIHAK KETIGA
YANG BERNAMA TEKANAN DAN DUKA DERITA"

Doa Mohon Kutukan

dengan sangat kumohon kutukanMu, ya Tuhan
jika itu merupakan salah satu syarat agar pemimpin-pemimpinku
mulai berpikir untuk mencari kemuliaan hidup,
mencari derajat tinggi dihadapanMu
sambil merasa cukup atas kekuasaan dan kekayaan yang telah ditumpuknya


Abracadabra, Kita Sembunyi

Abracadabra, Kita Sembunyi


abracadabra kita tiarap
karena tak ada janji peluru itu
tidak untuk ditembakkan ke jidat kita
abracadabra kita sembunyi
karena kata merdeka masih belum selesai diperdebatkan
abracadabra kita masuk liang-liang gelap
karena tak ada siapa-siapa yang menjamin apa-apa
abracadabra kita cuma bisa mabuk
sehingga kita tidak tahu bahwa kita mabuk
abracadabra kita semakin mabuk
karena setiap ingatan terlalu menusuk